Dalil Tawassul (al-Mushthafa Wa al-Murtadha)

Dalil Tawassul (al-Mushthafa Wa al-Murtadha) - Apakah sahabat sedang mencari informasi tentang THORIQOH TIJANYAH ?, Nah isi dalam Artikel ini disusun agar pembaca dapat memperluas pegetahuan tentang Dalil Tawassul (al-Mushthafa Wa al-Murtadha), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan referensi dari semua pembahasan untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aqidah, Artikel Kajian Islam, Artikel Manzhumah, Artikel Meluruskan Pemahaman, Artikel Menolak Syubuhat, Artikel Mozaik, Artikel Mujarrabat, Artikel Tawassul, Artikel Testimoni, yang kami suguhkan ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Dalil Tawassul (al-Mushthafa Wa al-Murtadha)
link : Dalil Tawassul (al-Mushthafa Wa al-Murtadha)


Dalil Tawassul (al-Mushthafa Wa al-Murtadha)

Dalil Tawassul

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain La Wa La



بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين


اللهم نسألك أن تصليا *** على حبيبك إمام الأنبيا

صل على الفاتح ما قد أغلق *** محمد الخاتم ما قد سبق

وناصر الحق العلي بالحق *** سيدنا الهادي لكل الخلق

الى صراطك القويم المستقيم *** والأل مقدر قدره العظيم


Imam Syihabuddin Ahmad Bin Salamah al-Qalyubiy (wafat tahun 1069 Hijriyah) menyebutkan dalam kitab Tuhfatur Raghib Fi Sirah Jama’at Min A’yan Ahlil Bait al-Athayib halaman: 53: Keutamaan dua bait Syair yang dapat menolak berbagai macam bala dan juga menjadi terapi segala penyakit. Bait tersebut sebagai berikut:

لي خمسة أطفي بهم * نار الكروب الحاطمة
المصطفى والمرتضى * وابناهما وفاطمة

Li Khomsatun, Uthfi Bihim * Narol Kurubil Hathimah
Al-Mushthofa Wal Murtadha * Wabnahuma Wa Fatimah

Artinya: Aku memiliki 5 wasilah (perantara), dengan sebab mereka Allah Taala izinkan aku dapat memadamkan panasnya segala kesulitan yang menyerang, mereka itu adalah Nabi Muhammad yang terpilih, Sayyidina Ali yang diridhai, Sayyidatuna Fatimah, dan kedua anaknya (Sayidina Hasan dan Sayyidina Husain)".

Siapa yang lazim membaca dua bait di atas, saat menghadapi hal pelik akan Allah Taala berikan solusi dengan segera, berbagai Penyakit ganas pada dirinya akan Allah sembuhkan dan mendapat perlindungan dari wabah penyakit.

Dua bait di atas merupakan apresiasi permohonan seorang hamba kepada Allah Taala yang menjadi maqshad (tumpuan harapan) dengan bertawassul kepada lima makhluq mulia. Bertawassul.

Tawassul memiliki arti dasar “mendekat”, sementara Wasilah adalah media perantara untuk mencapai tujuan. Tawassul yang dimaksud disini adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan menggunakan perantara lain, baik nama-nama Allah (al-Asma’ al-Husna), sifat-sifat Allah, amal shaleh, atau melalui makhluk Allah, baik dengan doanya atau kedudukannya yang mulia disisi Allah.

Dalil Tawassul:


surat Almaidah, ayat 35 :

ياأيها الذين آمنوااتقواالله  وابتغوا إليه الوسيلة

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."

Suat Al-Isra', ayat 57:

 أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوراً

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. 


Dikisahkan di satu kampung ada orang sok paling islami, paling bener, paling paham tentang al-Qur’an dan Hadist, paling sesuai amalannya dengan salafus shalih, ia sangat benci kepada orang yang berdoa dengan bertawassul kepada para Nabi, wali dan orang shalih. Menurutnya tawassul hanya dibolehkan dengan menyebut nama dan sifat Allah serta amal shalih.

Pada suatu hari, ia datang ke rumah salah satu guru ngaji di daerah Cakung, ingin memaki-maki ustdz kampung tersebut yang telah mengajarkan masyarakat kesesatan. Sesampainya di rumah ustadz terjadi dialog. Sebut saja orang pengingkar tawassul dengan nama Abu al-Komentari:

Abu al-Komentari: Kok ente jadi orang penyebar Bid’ah  bukan pengamal sunnah?

Ustdz Cakung: Eh, kalo ngomong jangan sambawera aja ente, gua tabokin lak-lakan luh baru tau rasa?

Abu al-Komentari: Kalo doa cukup minta sama Allah, kaga usah minta sama Nabi dan para wali, itu semua perbuatan sesat, super neraka !!

Ustadz Cakung: oh, urusan Tawassul. Ente pelajarin al-Qur’an dengan benar, baca kitab-kitab tafsir dengan para ulama. Jangan Cuma rajin ngamalin ibadah tapi goblok kaga ilang-ilang, fanatic buta, gampang menganggap orang lain sesat, kafir musyrik !! kalo ente bener-bener paling faham al-Qur’an ane mau nanya. Ane bukan mau nanya berapa jumlah huruf alif atau wawu ama Ya dalam al-Qur’an. Yang ane mau tanya tentang pemahaman ente terhadap ayat-ayat al-Qur’an terkait tawassul.

Abu al-Komentari: boleh, boleh …

Ustadz Cakung: Siapa yang menganugrahkan anak kepada seseorang?

Abu al-Komentari: loh, kok jadi ustadz pertanyaaannya kaya orang tolol. Jawabannya pasti Allah dong!!

Ustadz Cakung: lalu gimana tentang firman Allah:

: قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا

Artinya; sesungguhnya aku ini utusan Tuhanmu, untuk menganugrahkan diri seorang anak yang disucikan.

Abu al-Komentari: Malaikat dalam ayat itu Cuma sebagai perantara

Ustadz Cakung: Siapa yang memberikan hidayah?

Abu al-Komentari: Yang bisa memberi hidayah itu hanya Allah

Ustadz Cakung: Bagaimana memahami ayat:

: وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Artinya: Sesungguhnya engkau Ya Muhammad benar-benar memberi petunjuk (hidayah) ke jalan yang lurus.

Abu al-Komentari: Nabi Muhammad hanya sebagai perantara saja, tidak lebih dari itu.

Ustadz Cakung: Siapa yang member rizki kepada Makhluq di alam ini?

Abu al-Komentari: seluruh makhluq di ala mini, Allah yang memberikan rizkinya

Ustadz Cakung: coba jelaskan ayat:

وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُولُو الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينُ فَارْزُقُوهُمْ مِنْهُ

Bila saat pembagian harta (warisan) kerabat, anak yatim dan orang miskin ikut hadir maka berikan mereka rizki ala kadarnya dari harta tersebut.

Abu al-Komentari: mereka Cuma sebagai perantara saja

Ustadz Cakung: Siapa yang menciptakan makhluq di ala mini?

Abu al-Komentari: Semua makhluq di ala mini, Allah yang menciptakannya.

Ustadz Cakung: lalu ayat ini apa maksudnya?

: أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ

Artinya; Nabi Isa berkata aku ciptakan buat kalian dari tanah ini seekor burung.

Abu al-Komentari: Nabi Isa Cuma perantara saja

Ustadz Cakung: Siapa yang mematikan makhluq di ala mini?

Abu al-Komentari: Yang menghendaki kematian bagi makhluq di alam ini Cuma Allah

Ustadz Cakung: Penjelasan ente tentang ayat ini apa?

:قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ

Katakanlah Ya Muhammad malaikat maut yang akan mewafatkan kalian.

Abu al-Komentari: Malaikat maut hanya sebagai perantara saja

Ustadz Cakung: Siapa yang memberikan pertolongan kepada orang beriman?

Abu al-Komentari: Allah Maha Penolong, tidak ada pertolongan melainkan pertolongan Allah

Ustadz Cakung: Bagaimana Memahami ayat:

: وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ

Minta tolonglah kalian dengan sabar dan shalat.

Abu al-Komentari: Kalo sabar dan shalat Cuma jadi penyebab saja.

Ustadz Cakung: Dari awal, ente Cuma bilang itu perantara, itu sebab saja.. kalo ente yakin itu semua sebagi perantara dan sebab lalu kenapa kerjaan ente pagi, siang dan malam selalu mengkafirkan dan memusyrikan orang islam kampung, lantaran mereka bertawassul dengan para Nabi, wali dan orang shalih. Padahal ayat-ayat al-Qur’an yang tadi ane sebutkan ente bilang para Nabi dan hamba-hamba Allah Yang shalih sebagai peranta dan sebab tercapainya kehendak Allah Taala. Ente berarti belum gagal paham tawassul atau bener-bener goblok?

Abu al-Komentari: nganu… nganu …. Nganu…. Sebenarnya, tawassul boleh kepada yang masih hidup saja, kalau orang shalih yang sudah meninggal haram dan sesat.

Ustadz Cakung: oh terus yang ente fahami dari Surat Alimron ayat 169

 ( ﻭﻻ ﺗﺤﺴﺒﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻗﺘﻠﻮﺍ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻣﻮﺍﺗﺎ ﺑﻞ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻋﻨﺪ ﺭﺑﻬﻢ ﻳﺮﺯﻗﻮﻥ )

Artinya: jangan engkau menyangka orang yang meninggal di jalan Allah itu mati melainkan mereka  hidup dihadapan Allah dan diberi rizqi

Surat Albaqarah ayat 153 

( ﻭﻻ ﺗﻘﻮﻟﻮﺍ ﻟﻤﻦ ﻳﻘﺘﻞ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻣﻮﺍﺕ ﺑﻞ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻭﻟﻜﻦ ﻻ ﺗﺸﻌﺮﻭﻥ )

Artinya: jangan kau katakan bagi orang yang  meninggal di jalan Allah itu mati melainkan mereka  hidup hanya saja kau tidak merasakannya.

Kalau orang yang berjuang di jalan Allah Taala tidak boleh dibilang mereka mati, maka bagaimana dengan para Nabi?

Kenapa alasannya ente bilang tawassul hanya boleh kepada wali atau ulama yang masih hidup, yang sudah meninggal tidak boleh. Apakah dengan bertawassul kepada yang masih hidup ente punya keyakinan bahwa merekalah yang masih hidup yang mengabulkan doa atau permohonan. Betapa jahil dan sesatnya aqidah ente !! pandangan ahlus sunnah wal jamaah membolehkan bertawassul kepada para wali atau orang shalih baik yang masih hidup atau yang sudah wafat lantaran yang memberikan ta’stir (pengaruh) mendatangkan astar (bekas) secara mutlak adalah Allah Taala,

Abu al-Komentari: Waduh kalau begitu tawassul dengan menyebut pangkat wali atau orang shalih baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal tidak diperbolehkan. Kita tawassul dengan amal shalih saja, karena para Nabi, wali dan orang shalih itu makhluq, cukup kita tawassul dengan amal shalih saja.

Ustadz Cakung: eh, omongan luh muter-muter udah kaya obat nyamuk. Luh bener-bener dach, otak luh ada di tapakan kaki kiri, jadi kesandung dikit langsung gegerotak. Itu amal shalih atau ibadah yang luh kerjain adalah makhluq juga, khan ente yang bilang tawassul dengan makhluq sesat bapaknya musyrik.

Abu al-Komentari diam seribu bahasa seolah-olah mulutnya telah dibungkam batu kali yang besar langsung permisi pulang kaga ngucapin salam.

Adapun Sanad Muttaashil (bersambung) kepada Imam Syihabuddin Ahmad al-Qolyubiy Radhiyallahu Anhu, yang al-Faqir miliki sebagai berikut:

الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة المحدث سيدي عبد الرحمن بن محمد عبد الحي الكتاني عن والده الامام أبي الإسعاد الحافظ مسند الدنيا سيدي محمد عبد الحي بن العارف الأشهر مولانا أبي المكارم الشيخ عبد الكبير الحسني الأدريسي الكتاني عن الشيخ عبد الله بن درويش السكري الحنفي عن محدث الشام المسند وجيه الدين عبد الرحمن بن محمد الكزبري عن الشيخ شهاب الدين العطار عن الشيخ محمد بن عبد الرحمن الغزي عن الشيخ يونس بن احمد الكفراوي المصري (1029-1120 هجرية) عن صاحب كتاب النوادر الامام شهاب الدين احمد بن سلامة القليوبي المصري الشافعي رضي الله عنه المتوفى سنة 1069 هجرية .

Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 90.


Khadimul Majlis al-Mu'afah

H. Rizqi Dzulqornain Lawala




instagram.com/Zulqornain_Muafiy

@rizkialbatawi






Demikianlah Artikel Dalil Tawassul (al-Mushthafa Wa al-Murtadha)

Sekianlah artikel Dalil Tawassul (al-Mushthafa Wa al-Murtadha) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan artikel ini.

Subscribe to receive free email updates: